ASA YANG TAK BERUJUNG


Kubuka tabir pagi yang menyelimuti dinginnya hati
Hari masih membeku, namun terlerai sunyi
Dibalut serpihan sisa-sisa mimpi semalam
Berharap kan terurai bayang tak bertepi
Terbias embun yang tak peduli terus membasahi
Bersamanya ada sedikit asa yang menyeruak mengaliri relung jiwa
Tak terasa ia berlari melangkahi gelisah yang menyapanya
Kian jauh, namun perlahan terhenti
Dan takutku pun sejenak berucap, penuh tanya
Samar-samar, namun terdengar lirih
Adakah pagi yang datang ini masih seperti pagi yang lalu?
Adakah hari yang akan kujalani ini
Masih sepenggal cerita dari kisah yang kemarin belum usai?
Tidak kah ada lembaran baru yang akan mengakhiri mimpi
Atau sekedar membasahi dahaga asa yang terus berlari?
Kubuka tabir hati yang masih menyelimuti mimpi
Hari tetap membeku, namun sesaat ia menoleh
Dengan tatapan matanya yang sayu
Terdengar ia memohon, kepada pagi yang terdiam angkuh
Andai hari ini tak bisa merubah mimpi
Biarkan esok kan kembali berharap
Agar asa bisa menemukan ujung akhir perjalanannya

Batam, Tuesday, April 24, 2007



SEBUAH MIMPI UNTUKMU


Langit terbungkam diam, bahkan bintang pun enggan bicara
Sunyi, cuma itu yang ada
Namun suara hati tetap setia berbisik
Berlalu bagai angin yang mendesir
Membuai malam yang kian menanjak tertatih
Dalam hati
Mimpi semakin erat merambat
Menjalari rasa yang selama ini tercipta
Tak pernah berubah walau berjuta sepi kerap menghujam
Semua, karena bahagia yang ingin kucipta
Hanya bahagia, untukmu, untukku, untuk kita
Dan anganku tak pernah berhenti berharap
Walau terhimpit berat hari yang kita lalui
Dulu, kemarin, hari ini, esok dan nanti
Kuyakin semua kan seperti mimpi yang selalu kucipta untukmu

Batam, Tuesday, April 24, 2007



MENAPAK WAKTU YANG TERHENTI


Waktu yang beranjak perlahan
Menabur sepi di ujung hari
Kelamnya bergelayut di tepian hati
Suramnya mengasah rindu di pelabuhan mimpi
Menyebar di kala senja pun menjelang
Duka menyayat di saat angin mendesir
Embun pun menyapa lirih
Seakan kelu lidahnya berucap
Hanya sepi yang bisa kudekap
Detik yang menapak tertahan
Menebar sendu di ambang malam
Langkahnya terhenti sejenak
Terdiam pada gelap yang merajut sunyi
Berharap penantian berakhir
Gundah hati kan bisa terobati


Batam,



HATI YANG TERDIAM


Hatiku terdiam saat embun menyapa
Menanti dalam asa di waktu yang tersisa
Menimang harap pada hari yang berlari
Membuai rapuh di ranting patah berayun
Pagi masih kelabu
Saat kugantungkan angan, kuayunkan langkah
Ia membawaku terbang ke langit sepi
Di mana hanya awan yang terus menari
Tanpa peduli pada angkuhnya sang mentari yang menepi
Hatiku masih terdiam saat ia mulai beranjak pergi
Membawa lantunan mimpi ketika malam pun kembali
Dan di saat pagi menjelang, embun menyapaku lagi
Namun hatiku tetap terdiam
Dalam dinginnya peluh
Yang menyelimuti asaku yang rapuh


Batam, August 15, 2007