pagi masih kelabu.. saat kabut dan embun bercengkrama mesra di pucuk-pucuk melinjo di samping rumahku.. aku terbangun karena suara alarm yang bagai menderu.. aku bahkan merasa bunyi itu berasal dari genderang perang neraka yang sengaja ditabuh untuk memaksaku bersiap melawan sadisnya pagi yang baru kuawali.. karena masih beberapa menit yang lalu rasanya raga dan jiwaku tertidur... capek dan pegal masih menggelayut di bahu dan pinggangku.. aku sempat berpikir, padahal pekerjaanku bukanlah sesuatu yang berat.. mungkin perasaanku lah yang membuat semua terasa berat..

satu persatu kicauan burung neraka mulai kudengar.. dari tempat tidurku aku beranjak, berlalu, seakan sudah terbiasa dengan semua ini.. sumur di belakang rumah.. ya.. sumur.. tempat biasanya aku mengambil air.. tempat biasanya aku menghabiskan separuh pagiku.. tempat aku terkadang menumpahkan keluh kesahku.. pagi ini masih sama... aku mulai menimba, dengan nafas terengah-engah.. perlahan drum penampungan air mulai terisi. riuh keadaan sekelilingku tak sedikit pun mengusikku. beraneka suara dari hutan sebelah utara tempatku berdiri bagai nanyian kematian yang menambah suram perasaanku pagi ini... sesak... marah... emosi... semua meluap jadi satu.. seakan tumpah ruah seperti air dalam drum yang sedari tadi ku isi yang kini hampir penuh..

selesai sudah pikirku.. sekarang apa lagi? sejenak aku berpikir bagaimana menghindarinya, namun tak mungkin rasanya, karena memang tak bisa dihindari.. pasti ada saja yang salah nantinya.. aku teringat, oh iya.. ada potongan kayu yang ditebang kemarin yang harus kupindahkan pagi ini.. aku beranjak dari sumur melintasi pipa air yang merentang, berdiri sejenak di halaman depan.. sesaat aku sampai di tumpukan kayu yang akan kupindahkan... jalannya licin karena semalam hujan mengguyur cukup deras. kupandangi pohon-pohon akasia yang tergeletak di tanah.. berlumut, basah.. pasti lumayan berat pikirku.. hmm.. udara dingin dan berkabut tak membuat aku menggigil, padahal aku hanya mengenakan kaos singlet tipis.. satu persatu kayu akasia tersebut kuangkat dan kubawa turun dari bukit kecil yang masih temasuk kompleks area pamakaman itu.. terjal.. licin dan basah.. beberapa kali langkahku tergelincir, celana dan bajuku penuh lumpur.. beberapa menit akhirnya sebagian dari kayu-kayu tersebut telah sampai dipinggir jalan.. dari sini masih harus diangkat lagi ke gudang, tapi masih mendingan karena bisa diangkut menggunakan gerobak sorong..

hampir jam setengah delapan.. artinya aku sudah melewati 90% aktifitas pagiku.. saatnya mandi dan berangkat ke tempat kerja, karena dari beberapa hari kemarin rasanya aku malas sekali untuk sarapan di rumah.. lagi pula waktunya udah mepet..

setelah berpakaian rapi segera kusambar kunci kontak yang tergeletak di meja, berlalu dengan terburu-buru menuju sepeda motorku, kustarter dan langsung kupacu menelusuri jalanan desa tempat aku tinggal beberapa bulan ini. sebenarnya sebutan desa tidak terlalu pantas, karena menurutku daerah tempat aku tinggal termasuk kota yang lumayan padat, sibuk dan ramai.. cuma kebiasaanku sambil menikmati segarnya udara pagi di sepanjang jalan membuatku menamakannya jalanan desa..
[noey]bersambung.....